Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa
berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan
serius dari semua pihak"
KERUSAKAN moral yang menimpa bangsa
Indonesia sudah melewati tahap yang sangat membahayakan karena kerusakan
moral tersebut sudah masuk di segala bidang dan dilakukan hampir
seluruh komponen bangsa, baik pejabat negara maupun masyarakat umum
Di sini kita menyaksikan adanya suatu tragedi yang sungguh
berseberangan dengan nilai adat, budaya dan agama. Dengan mudahnya kita
bisa menyaksikan perilaku pemegang kekuasaan berbuat korupsi atau
kelompok masyarakat yang tidak mau tahu dengan segala bingkai moral.
Pelanggaran moral baginya dirasakan enteng saja meskipun pesan-pesan
luhur yang sering didengarnya mengecam perilaku tersebut. Apa sebenarnya
yang salah dengan pendidikan kita?
Di sini kita seakan menyaksikan konsep dan cara kerja pendidikan umum yang tidak mampu membentuk manusia-manusia yang bermoral.
Perlu disadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin cepat telah memberi dampak mendalam dan melebar terhadap
perubahan di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun
pendidikan. Namun, pendidikan umum saat ini nampaknya belum mampu
memberikan perbaikan moral bagi umat manusia. Padahal, sumbangsih moral
sangatlah penting. Oleh karena itu, kita perlu menanamkan pendidikan
Islam bagi bangsa, terutama untuk generasi muda.
Kalau kita mengkaji secara mendalam pendidikan Barat yang selama ini
kita kenal dan pelajari belum cukup memberikan suatu pencerahan yang
bersifat transendental (ketuhanan/kerohaniaan). Hal ini dikarenakan
pendidikan Barat berbasis pada filsafat atau paham Rasionalisme yang
memiliki tiga tujuan utama. Pertama, tujuan keilmuan. Artinya setiap
orang memasuki sesuatu sekolah ia harus memperoleh pengetahuan ilmu atau
sains.
Kedua, tujuan keterampilan kerja, artinya, setiap lulusan sekolah
harus mampu bekerja atau mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi yang pada akhirnya untuk bekerja juga. Ketiga, tujuan
kesehatan dan kekuatan fisik, artinya setiap lulusan harus mengetahui
cara sehat dan cara menjadi orang kuat.
Jadi, sebenarnya kurikulum pendidikan Barat itu terdiri dari tiga
materi pokok yaitu materi kegiatan untuk tujuan penguasaan ilmu (sains),
materi kegiatan untuk tujuan penguasaan kemampuan kerja, dan materi
kegiatan untuk tujuan sehat serta kuat.
Tujuan pendidikan Barat hampir tidak menyinggung pendidikan
moral/akhlak. Akhirnya, boleh dikatakan bahwa sistem pendidikan Barat
sekarang ini sering mengalami krisis yang akut. Itu tidak lain karena
proses yang terjadi dalam pendidikan yang hanya sekedar pengajaran yang
bersifat duniawi semata tanpa memperhitungkan ukhrawi.
Bahkan, Ahmad Tafsir menyatakan bahwa peradaban barat dan sistem
pendidikannya hancur dan gagal dalam memanusiakan manusia berawal dari
dasar paradigma yang digunakan, yaitu Rasionalisme dan Materialisme.
Pendidikan Islam
Filosofi pendidikan Barat tentu berbeda dengan filosofi pendidikan dalam Islam. Dalam Islam tujuan pertama dan utama pendidikan sekolah (juga pendidikan luar sekolah) adalah pembentukan kepribadian dan akhlak seorang muslim.
Filosofi pendidikan Barat tentu berbeda dengan filosofi pendidikan dalam Islam. Dalam Islam tujuan pertama dan utama pendidikan sekolah (juga pendidikan luar sekolah) adalah pembentukan kepribadian dan akhlak seorang muslim.
Al-Abrasyi misalnya, menjelaskan bahwa kurikulum sekolah harus
mendahulukan pembentukan rohani atau hati. Ini berarti pelajaran
ketuhanan atau akidah harus diberikan (Al-Abrasyi, 1974:173-186). Ini
pertama dan utama. Selanjutnya dijelaskan bahwa al- Farabi, telah
menempatkan ilmu ketuhanan sebagai pengetahuan tertinggi, pengetahuan
lainnya hanyalah penyerta pengetahuan tertinggi tersebut.
Sedangkan Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi
pengetahuan menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan
menengah, dan pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu
ketuhanan, menengah ialah pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran
dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis
seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan
iman/agama harus diutamakan.
Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan
keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan
bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan
keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak
yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia dapat
menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lulusan
sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan
pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi
generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam,
perlu membumikan kembali pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal
maupun informal. Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten
diajarkan kepada anak didik.
Pertama, Pendidikan akidah/keimanan. Ini merupakan hal yang sangat
penting untuk mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtaq
(iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan yang
menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam radikal, penyalagunaan
narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang akhir-akhir ini
sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.
Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk
diajarkan kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang
punya komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah. Seperti shalat, puasa,
membaca al-Quran yang saat ini hanya dilakukan oleh minoritas generasi
muda kita.
Bahkan, tidak sedikit anak remaja yang sudah berani meninggalkan
ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam
memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat
diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara mantab kepada
anak-anak didiknya.
Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat
perhatian besar dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan
akhlakul-karimah akan melahirkan generasi rabbani, atau generasi yang
bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.
Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa
berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan
serius dari semua pihak. Oleh karena itu, semua elemen bangsa
(pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan
sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini.
Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang
berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.
by. Cahaya Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar